Erungansweet’s Blog
Just another WordPress.com weblog

Supaya nikah tidak terpecah belah, maka nikah itu harus memperhatikan dua hal yaitu:

Supaya nikah tidak terpecah belah, maka nikah itu harus memperhatikan dua hal yaitu:

  1. awal/permulaan dari nikah sebab ini yang menentukan. Bagi kaum muda perhatikan! Mau melangkah untuk menikah, harus perhatikan, apakah saudara mau masuk ke dalam neraka atau mau masuk ke dalam surga -> ini yang saya katakan secara terang-terangan -> awal/permulaan nikah ini yang menentukan, apakah kita mau ke surga atau ke neraka dan ini adalah hal yang sungguh-sungguh serius.
    Kejadian 6 : 1, 2,
    1. Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak perempuan,
    2. maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka.

    Inilah kesalahan di jaman Nuh sehingga terjadi kawin mengawinkan dan nikah itu benar-benar menjadi terpecah belah karena anak-anak TUHAN bersalah dalam awal/permulaan nikah. Anak-anak ALLAH menikah karena melihat sesuai dengan selera mereka yaitu dengan mempertimbangkan selera daging
    Sekarang dipositifkan yaitu jangan menikah hanya dengan menuruti selera daging/hanya mempertimbangkan daging. Mungkin pertimbangan bentuk wajahnya, pertimbangan tinggi badannya atau juga pertimbangan kekayaannya. Jadi hanya mempertimbangkan hal yang bersifat kedagingan saja. Dulu, di jaman Nuh, nikah dari anak-anak ALLAH hancur, tetapi hanya satu yaitu nikah dari Nuh bersama dengan anak-anaknya dan menantunya yang selamat, sedangkan yang lain hancur karena awal/permulaan nikah mereka sudah salah.
    Itu sebabnya kita jangan menikah hanya dengan melihat hal yang bersifat daging, tetapi kita harus melihat nilai yang rohani. Kalau sudah terlanjur salah, sehingga hendak bercerai untuk mencari yang baru -> jangan! Kalau sudah terlanjur dan baru mendengar Firman sekarang ini sehingga baru tahu kalau dulu itu saudara itu salah pada awal/permulaan nikah, maka saudara harus meminta ampun dari TUHAN dan juga meminta ampun kepada sesama/kepada suami/isteri. Semoga kita mengerti.
    Anak-anak ALLAH melihat anak-anak manusia = kawin campur, jangan kawin campur, sebab ini penyebab dari pemecah belah. Itu sebabnya kita menikah harus dengan yang satu iman, iman dari apa? Iman dari mendengar Firman -> Roma 10 : 17, Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. berarti satu iman = satu pengajaran Firman. Mari! inilah modal untuk masuk dalam nikah yaitu melihat yang rohani/satu dalam Firman pengajaran. Kita jangan menikah tanpa Firman sebab akan terpecah belah. Kalau kita menikah tanpa Firman, (maka maafkan saya kalau saya tegaskan) akan mengarah kepada sengsara di neraka.
    Inilah yang pertama supaya nikah tidak terpecah belah, maka harus diperiksa permulaan dari nikah -> ini harus sungguh-sungguih benar yaitu menikah harus ditandai dengan Firman sebab ini yang menjadi modal dari nikah.
  2. Perjalanan nikah, sesudah awal/permulaan, maka nikah itu berjalan terus. Itu sebabnya perjalanan nikah itu juga harus diperiksa. Bagi yang sudah menikah -> mungkin sudah berjalan dua tahun yang lalu, duapuluh tahun yang lalu, tigapuluh tahun yang lalu -> periksa awal/permulaan dari nikah, kalau ada kesalahan, kita mengaku kepada TUHAN dan juga kepada sesama untuk diselesaikan dan juga perjalanan nikah sekalipun sudah bertahun-tahun, tetapi tetap harus diperiksa.
    Matius 19 : 5 – 8,
    5. Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
    6. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”
    7. Kata mereka kepada-Nya: “Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?”
    8. Kata Yesus kepada mereka: “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.

    Jadi jelas di ay 5 dan ay 6 ini, merupakan tujuan dari nikah -> jadi tujuan kita menikah itu apa? Sebab menikah itu merupakan perjalanan; jadi tujuan kita menikah itu adalah menjadi satu. Banyak kali kita bersalah -> kalau seorang hamba TUHAN yang hendak menikah, kemudian jika ditanya, mengapa memilihnya untuk dinikahi? Jawabannya adalah karena ia pandai melayani. Tujuan menikahnya hanya untuk melayani dan nikah semacam ini tidak akan kuat/bisa gagal di tengah jalan, sebab tujuan dari menikah itu adalah keduanya menjadi satu daging.

Tetapi kita melihat secara kenyataan, suami dan isteri itu secara fisik/secara jasmani itu memiliki banyak perbedaan -> rambutnya berbeda selera makannya berbeda, kesukaan/hobbinya berbeda, itu sebabnya bagaimana dapat menjadi satu? Yang jasmani dapat berbeda, tetapi dapat ditutupi dengan yang rohani yaitu kesatuan di dalam Firman pengajaran. Kalau yang jasmani sudah berbeda, kemudian yang rohani juga berbeda, kapan dapat menyatu/menjadi satu? Tidak mungkin dapat menjadi satu. Hanya Firman pengajaran yang mampu/yang dapat menggarap kehidupan nikah/suami, isteri, anak, orang tua, kakak dan adik menjadi satu kesatuan. Itu sebabnya saya bertekad, kalau ada yang mau menikah tetapi mereka memiliki baptisan air yang berbeda, maka saya tidak akan mau memberkati nikah mereka. Sebab itu bukanlah memberkati, tetapi justru mencerai beraikan nikah mereka. Yang jasmani sudah tidak sama, kemudian yang rohani juga tidak sama, kemudian nikah itu hendak dibawa ke mana -> ini yang selalu saya katakan kepada kaum muda. Sebab kalau tidak menjadi satu, maka nikah itu hanyalah hawa nafsu daging/melampiaskan hawa nafsu daging/kembali ke jaman Nuh dan ke jaman Lot. Semoga kita dapat mengerti hal ini.

Di dalam injil Matius 18, ini khusus untuk suami isteri. Kalau suami dan isteri sudah menjadi satu, maka nikah itu akan menjadi hal yang luar biasa.
Matius 18 : 19, Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.
Sepakat = sehati -> ini adalah suami dan isteri/jika dua orang sepakat/sehati.
Kapan suami dapat sehati dengan isterinya? Kalau hati suami itu diisi dengan satu macam Firman pengajaran yang benar. Jika sudah sepakat/satu hati, maka mereka berdua dapat berdoa dan menyembah TUHAN sehingga doa mereka naik ke hadirat TUHAN dan TUHAN menjawab doa mereka, berarti segala masalah dapat diselesaikan dengan benar. Kalau tidak sepakat/tidak sehati, hanya mendatangkan/menambah masalah, tetapi kalau kita sepakat/sehati untuk diisi dengan satu macam Firman pengajaran maka suami isteri dapat menaikkan doa. Apalagi ditambah dengan anak-anak sebab di mana dua/tiga orang berkumpul, akan menjadi sangat luar biasa sebab TUHAN hadir menjawab doa sehingga segala masalah selesai dan suasana surga/suasana damai ada di dalam nikah itu.

Anak-anak juga dilibatkan bersama orang tuanya seperti Nuh yang masuk dalam satu bahtera bersama isterinya dan juga dengan anak-anaknya. Kalau Nuh sudah memiliki cucu, pasti cucunya juga sudah masuk ke dalam bahtera bersama dengan mereka. Bahtera ini juga menunjuk pada tabernakel/pengajaran tabernakel.

Jadi inilah perjalanan nikah yang harus diperiksa, terlebih dahulu tujuan dari saya menikah dengan dia itu apa? Yaitu menjadi satu dan bukan yang lain. Dan dimulai dengan satu hati/sepakat untuk diisi dengan satu Firman pengajaran yang benar.

Kalau di dalam tabernakel, maka itu adalah meja roti sajian (http://www.gptkk.org/mrs.php) yang di atas meja itu terdapat dua susun roti yang masing-masing susun terdiri atas enam susun roti/66 ini menunjuk pada isi dari alkitab/Firman pengajaran yang benar. Di atas roti itu terdapat dupa. Kalau dua susun roti itu adalah Firman pengajaran yang benar tetapi kalau dipecah menjadi satu susun/enam, maka itu merupakan angka dari manusia sebab manusia itu diciptakan pada hari keenam. Manusia tetapi sudah berbentuk roti -> manusia daging yang sudah diisi dengan Firman pengajaran yang benar = suami. Enam yang lain/manusia daging yang sudah diisi dengan Firman pengajaran yang benar = isteri. Jika suami dan isteri diisi dengan satu Firman pengajaran yang benar maka naiklah asap dupa ke atas -> doa mereka naik dan dijawab oleh TUHAN sehingga segala masalah selesai + suasana surga ada di tengah mereka. Apalagi jika anak-anak juga dilibatkan -> dua atau tiga orang. Kita di sini sekarang berapa orang yang ada di sini, alm.bpk.pdt Totaijs mengatakan kita sebagai mezbah dupa yang besar maka hadirat TUHAN nyata kalau kita satu hati. Semoga kita dapat mengerti.

Tetapi didalam perjalanan nikah masih ada yang menjadi halangan dalam kesatuan nikah -> Matius 19 : 8, Kata Yesus kepada mereka: “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.
Kita harus menjaga ketegaran hati/kekerasan hati, sebab ini yang menyebabkan terjadinya perpecahan di dalam nikah. Kekerasan hati ini bukan hanya penyebab perpecahan di dalam rumah tangga, tetapi juga terjadinya kekerasan di dalam perbuatan di dalam rumah tangga yang sudah banyak kita dengar dan sudah dilaporkan ke polisi yang terjadi atas pembantu rumah tangga, atas sesama anggauta di dalam rumah tangga dlsbnya. Ini semua dapat terjadi karena bersumber dari kekerasan hati/ketegaran hati.

Apa yang menjadi praktek dari kekerasan hati itu? prakteknya adalah memakai kebenaran diri sendiri.
Kebenaran diri sendiri ini adalah kebenaran dari orang berdosa/orang yang salah dengan cara menyalahkan orang lain -> pribadinya sendiri yang bersalah, supaya menjadi benar, ia menyalahkan orang lain dan sampai pada akhirnya pribadi itu menyalahkan TUHAN. Ini yang mencerai beraikan/yang memecah belah. Semoga kita dapat mengerti.

Sedangkan kebenaran dari TUHAN/dari Firman yaitu kebenaran dari manusia berdosa yang diperoleh dengan cara mengaku dosa karena pekerjaan dari Firman pengajaran. Kalau Firman TUHAN bekerja menusuk dosa-dosa kita dan kita mengakuinya, maka itu adalah kebenaran dari TUHAN -> kita mengaku dosa/merasa bersalah, tetapi dapat menjadi satu dan ini berbeda dari mengaku benar, tetapi terjadi perpecahan. Mengaku dosa kepada sesama itu memang terasa sulit sebab bagaikan kita menaiki gunung Joljuta -> sulit karena mempertahankan gengsi dlsbnya. Kalau kita menunjuk kesalahan orang lain, maka itu berarti bagaikan kita bermain pedang tetapi biarlah pedang itu menusuk kita/kita yang mengaku dosa sebab ini yang menyatukan. Semoga kita dapat mengerti.

Rumus dari nikah itu ada di dalam injil Matius 19 : 5, Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Rumus dari nikah itu adalah 1/suami + 1/isteri = seharusnya menjadi 2, tetapi keduanya ini menjadi 1 -> 1 + 1 = 1. Di antara suami dan isteri itu hanya boleh ada tanda +/salib = kasih dari kayu salib. Sesungguhnya kita sebagai manusia daging ini tidak memiliki kasih, yang ada hanyalah emosi, ambisi, keinginan dllnya. Jadi, kalau seorang suami harus mengasihi isteri/isteri harus mengasihi suami -> darimana asal kasih itu? kita hanya menerima dari atas kayu salib/kasih dari Joljuta/dari Korban Kristus sebab ini yang menyatukan nikah.

Sekarang ini pertanyaannya, apakah saya sudah memiliki kasih dari kayu salib/kasih dari Korban Kristus di dalam nikahku? Banyak kali kita salah, sebab kita berpikir kalau berbicara tentang kasih, itu berarti kita memberi/mengasih sesuatu kepada seseorang. Padahal kita diberi/dikasih untuk membelenggu mulut kita. Memberi kepada orang itu bukanlah itu yang terutama, sebab kalau kita memiliki kasih dari atas kayu salib, maka ada prakteknya.

Praktek dari kita memiliki kasih itu, kita hanya melihat kepada YESUS saja, sebab untuk apa YESUS mati di atas kayu salib? untuk mengakui dosa-dosa kita serta mengampuni dosa-dosa kita. YESUS tidak berdosa/tidak bersalah tetapi IA mengakui segala dosa manusia dan mengampuni -> ‘Bapa, ampunilah’. Jadi praktek kasih dari kayu salib adalah saling mengaku dan saling mengampuni -> ini artinya kita benar-benar memiliki kasih. Kalau hanya memberi/mengasih, belum tentu kita memiliki kasih.

Di dalam setiap penataran untuk pasangan yang akan menikah, banyak kali saya memberi contoh yang ekstrim -> seorang suami datang dari Singapura dengan membawa cincin berlian yang mahal, sehingga isteri berkata, bahwa suaminya itu mengasihinya, padahal suami ini sudah menelikung isterinya sebab ia juga memiliki isteri di Singapura dan isteri tidak mengetahuinya. Suami memberikan, supaya isteri itu diam/bungkam dan berpikir bahwa suaminya itu adalah seorang yang baik. Inilah arti dari kasih kalau hanya didefinisikan dengan memberi/mengasih tetapi arti sesungguhnya dari kasih adalah saling mengaku dan saling mengampuni. Kalau mengaku dosa harus dengan jujur dan kalau diampuni jangan berbuat dosa lagi; kalau sudah mengampuni, harus melupakan, kita jangan mengingat-ingat lagi -> dosa itu benar-benar dipaku di kayu salib sehingga nikah itu menjadi satu sehingga suasana surga ada ditengah-tengah mereka.

Mari! kita memeriksa awal dari nikah kita, kemudian memeriksa perjalanan nikah, apa yang menjadi tujuan dan halangan dari kita menikah. Jangan ada kekerasan hati tetapi kita kembali kepada Firman pengajaran yang merupakan modal dari nikah dan juga kita kembali ke kayu salib/kembali kepada Korban Kristus supaya dapat menjadi satu. Untuk sekarang ini, maka sangat bagus kalau nikah itu tekun di dalam ibadah pendalaman alkitab/tekun di dalam Firman pengajaran untuk menerangi awal nikah, perjalanan nikah sebab ada Korban Kristus untuk menghapus segala dosa kesalahan kita. Sebab siapa yang tidak pernah terkena debu kalau berjalan? Atau tersandung kalau berjalan? Kalau suami isteri, anak dan orang tua tekun di dalam ibadah pendalaman alkitab karena ada Firman pengajaran yang benar dan juga da Korban Kristus, maka nikah itu semakin hari akan semakin disatukan. Inilah kesatuan yang terkecil yang sudah harus kita raih dihari-hari ini. Semoga kita dapat mengerti.

Kalau sudah ada kesatuan di dalam nikah, maka selanjutnya adalah kesatuan di dalam penggembalaan. Mari penggembalaan di gereja masing-masing/kesatuan di dalam penggembalaan dan nanti sekaligus kesatuan di dalam antar penggembalaan/antar gereja.

Belum Ada Tanggapan to “Supaya nikah tidak terpecah belah, maka nikah itu harus memperhatikan dua hal yaitu:”

Tinggalkan komentar